loading...
Waruno Mahdi : "Saya tak punya tempat ke mana saya pulang.... Berangkat, ya, ke mana-mana…"** #Eksil1965Di Posting Oleh : Berita Dunia (Ibrahimdera)
Kategori : eksil Genosida 1965-1966 genosida politik Max Planc Institute Waruno Mahdi
** dipetik dari hasil wawancara Martin Aleida dengan Waruno Mahdi
Waruno Mahdi: Saya Masih Bisa Hidup
Opini Kompas 10 September 2016.
oleh Martin Aleida.
Yang saya buru adalah sarjana kimia lulusan Moskwa. Ia bekerja di lembaga penelitian Jerman yang terpandang: Max Planck Gesellschaft. Mantan direktur departemennya, Profesor Gergard Ertl, begitu simpati pada nasibnya sehingga memasuki usia pensiun dia masih dipertahankan. „Dia menguasai sejumlah bahasa. Jermannya lebih baik dari saya,” kata Alex.
Selain ahli rekayasa kimia, orang ini juga dikenal sebagai ahli bahasa dan kebudayaan rumpun Melayu. Kepintarannya membawanya berkunjung ke Indonesia. Dia seorang polyglot, tidak punya hambatan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Jerman, dan Rusia. Dia juga memahami bacaan dalam rumpun bahasa Slavia, Perancis, Portugis, Spanyol, Italia, Vietnam, dan Mandarin.
Curriculum Vitae
• Lama Tinggal (Tahun) di Berbagai Kota/Negara
Bangkok—3; Beijing—3; Berlin (West)—13 ½; Berlin (reunified)—26+x ; Bogor (W. Java)—5; The Hague 1/2 ; Moscow—12; Quiddenham (near Norwich) 1/2; Singapore—2; Voronezh—8.
Saat presentasi di Seminar “Digital Disruption in Asia” at hortus botanicus, Leiden May 24–25, 2016. Photo oleh Panitia Seminar (sumber homepage Waruno Mahdi)
wawancara :
Surabaya Post 3 Desember 2001
oleh Djoko Pitono.
MEDIA INDONESIA 31 Agustus 2005.
Wawancara oleh Gaudensius Suhardi.
Artikel
***
Karya-karya ilmiahnya di bidang antropologi dan linguistik bisa disimak di
***
artikel/riset-riset ilmiah kala bergabung di Fritz Haber Institute of the Max Planck Society | FHI · Department of Physical Chemistry
Kalam 17 (2001, in Indonesian), pp. 55-122.
TEMPO No. 14/XXIX (June 5-11, 2000, in Indonesian), pp. 112-113.
Menjagokan Gerakan Demokrasi
(10 September 1997)
Ujian Pada Ambang Pintu Demokrasi (17 Februari 1998)
Clandestinely published in Jakarta in April 1998 (right before the last re-election
and subsequent "abdication" of Soeharto).
simak 450 ‘entry’ lainnya pada link berikut
Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)
Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)
loading...
0 Response to "Waruno Mahdi : "Saya tak punya tempat ke mana saya pulang.... Berangkat, ya, ke mana-mana…"** #Eksil1965"
Posting Komentar