loading...

'biografi' Agam Wispi : "tanah dan darah/ memutar sedjarah/ dari sini nyala api/ dari sini damai abadi"

loading...
'biografi' Agam Wispi : "tanah dan darah/ memutar sedjarah/ dari sini nyala api/ dari sini damai abadi"
Di Posting Oleh : Berita Dunia (Ibrahimdera)
Kategori : Agam Wispi eksil Genosida 1965-1966 lekra literatur eksil Penyair sastra eksil

poster Hari Tani oleh Nobodycorps Internationale Unlimited



Agam Wispi
Matinya Seorang Petani
(buat L. Darman Tambunan)

1
depan kantor tuan bupati
tersungkur seorang petani
karena tanah
karena tanah
dalam kantor barisan tani
silapar marah
karena darah
karena darah
tanah dan darah
memutar sejarah
dari sini nyala api
dari sini damai abadi

2
dia jatuh
rubuh
satu peluru
dalam kepala
ingatannya melayang
didakap siksa
tapi siksa cuma
dapat bangkainya
ingatannya ke jaman-muda
dan anaknya yang jadi tentara
—ah, siapa kasi makan mereka?—
isteriku, siangi padi
biar mengamuk pada tangkainya
kasihi mereka
kasihi mereka
kawankawan kita
suram
padam
dan hitam
seperti malam

3
mereka berkata
yang berkuasa
tapi membunuh rakyatnya
mesti turun tahta

4
padi bunting bertahan
dalam angin
suara loliok* disayup gubuk
menghirup hidup
padi bunting
menari dengan angin
ala, wanita berani jalan telanjang
di sicanggang, di sicanggang
di mana cangkul dan padi dimusnahkan
mereka yang berumah penjara
bayi di gendongan
juga tahu arti siksa
mereka berkata
yang berkuasa
tapi merampas rakyatnya
mesti turun tahta
sebelum dipaksa
jika datang traktor
bikin gubuk hancur
tiap pintu kita gedor
kita gedor.


* Loliok ialah suling dari batang padi dalam sebutan kanak-kanak.








Pulang – Agam Wispi

dimana kau pohonku hijau
disini aku sudah jadi batu
hai perantau darimana kau
dari mana saja aku mau melekat jadi debu
di karet, di karet katamu
wahai chairil apa kau masih disitu
atau lenyap dipasok batu
atau senyap sebelum tahun 2000


ya Banda mengena juga yang kau bilang
tak seorang berniat pulang
pulang? kemana harus pulang
si burung samudera tanpa sarang
bangga aku teringat Sujoyono berani menuding
dan bilang untung aku bukan anjing
ini juga modernisasi globalisasi
kata-kata jadi kering kebudayaan baru
dari bawah sampai atas
tukang peras atau maling


puisi hanya kaulah lagi tempatku pulang
puisi hanya kaulah pacarku terbang
puisi generasi baru yang bijak bestari menerjang
keras bagai granit cintanya bagai laut menggelombang


dimana kau pohonku hijau dalam puisimu wahai perantau
dalam cintamu jauh di pulau



BIOGRAFI AGAM WISPI 
Northern Illinois Universty Library


Unedited Stock Footage: Agam Wispi has lived in exile since the abortive Communist coup. in 1996, this former LEKRA writer returned to Indonesia for the first time since 1965. This film contains the raw stock footage taken in Jakarta, Indonesia, and Amsterdam, Netherlands, directed by Riri Riza and John McGlynn, this footage was used to create the biography of Agam Wispi in Indonesian Literary Figures" series which features interviews with prominent Indonesian authors, poets and playwrights. All films are in Indonesian and the final "On the Record: Indonesian Literary Figures" series is in Indonesian with English subtitles. A film log (in Indonesian) is also available as a text document. (***dalam 18 slot rekaman video)








Made Mawut mengaransemen dan menyanyikan lagu berjudul Latini, disadur dari puisi karya seorang eksil Agam Wispi. Pria ini terkenal sebagai penyair yang menyuarakan ketidakberdayaan sebelum dinyatakan sebagai tapol.

Puisinya antara lain “Matinya seorang petani”, “Sahabat”, “Yang Tak Terbungkam”, “Pulang”, dll terangkum dalam antologi puisi Agam Wispi. Salah satu puisinya yang terkenal pada masanya yaitu “Latini”, syairnya dijadikan lagu sehingga mudah diingat oleh masyarakat.




Latini – Agam Wispi


Latini, ah Latini
gugur sebagai ibu
anak kecil dalam gendongan


Latini, ah Latini
gugur diberondong peluru
bayi mungil dalam kandungan


Tanah dirampas
suami di penjara
tengkulak mana akan beruntung?


Desa ditumpas
traktor meremuk palawija
pembesar mana akan berkabung?
Gugur Latini sedang Masyumi berganti baju
gugur Pak Tani dan dadanya diberondong peluru
gugur jenderal, mulutnya manis hatinya palsu


Beri aku air, aku haus
dengan lapar tubuh lemas
aku datang pada mereka
aku pulang padamu
sedang tanah kering di kulit
kita makan sama-sama
kudian muram
Latini, ah Latini
tapi, ah, kaum tani
kita yang berkabung akan membayarnya suatu hari.
















Menyambut pekan awal Oktober yang biasanya membawa isu ’65’ ke panggung terkini, rubrik IQRA Tempo, 9 Oktober 2017, menurunkan laporan tiga penyair terdepan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Ketiganya, bukan hanya sekadar penyair, tapi juga penggerak kebudayaan rakyat.

simak juga


Sumber: Bintang Merah Nomor Special Jilid II, Dokumen-Dokumen Kongres Nasional Ke-VI Partai Komunis Indonesia, 7-14 September 1959. Yayasan Pembaruan, Jakarta 1960




simak 400 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)


14542544_1036993449746974_4443364972569517121_o


13047818_10209343119272764_8338060706038815101_o13043485_10209343122352841_1135692553504633931_n (1)

Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)
Bookmark and Share









loading...

0 Response to "'biografi' Agam Wispi : "tanah dan darah/ memutar sedjarah/ dari sini nyala api/ dari sini damai abadi""

Posting Komentar